Minggu, 22 Maret 2009

Islam untuk umat akhir zaman bukan umat sekarang. (novel religi 7)

''kuk...kuruyuk..." si jago berulang kali berkokok, pekikkannya melahap dinginnya pagi yang masih buta. Merambat menembus kabut yang masih pekat. Dari kejauhan sahutan kokok terdengar mulai ramai terdengar, seperti ucapan syukur karena pagi mulai menjelma. Sementara disudut kejauhan yang lain terlihat cahaya jingga menyeruak perlahan menghempaskan pekat malam. Memberikan kehangatan kehidupan kepada seluruh makhluk, setelah hujan deras semalaman. Dahan-dahan pohon mulai bergoyang-goyang, karena burung-burung mulai melompat-lompat sambil bernyanyi dengan kicaunnya.

Muka lesu array mulai tersentuh kehangatan sang surya. Rasa lelah menyelimuti ketampanannya, mungkin karena tidurnya yang amat larut. Ia tetap terjaga diatas kursi karya sang kakek. Walau hanya kerangka keras dari jati dan hampir tidak memiliki sisi empuk seperti busa, kursi kakek membelai array menemui alam mimpi hingga pagi menjelma.

Riuh suara mahluk pagi mulai mengusik gendang telinga array. Mata indah yang terpejam semalaman mulai bergerak perlahan-lahan, Awalnya untuk menghindari sengatan mentari timur. Sedetik kemudian seluruh tubuh memberi sinyal atas reaksi alam dalam aktifitas paginya, sehingga array terbangun dan menyadari bahwa pagi mulai menebar pesonanya. Keanggunannya merupakan maha karya yang luar biasa dari sang pencipta, yang memperhitungkan setiap detailnya sehingga tak ada sesuatu kata dan bahasa yang dapat melukiskannya.

"ukh...u...kh...." array berusaha membangkitkan dirinya. "A...kh.." tangan kanannya sekejap menutupi mulutnya yang menguap. Kedua matanya mulai berkeliling menyapu setiap sudut ruangan dalam rumah. Buku-buku sang ayah masih banyak yang bertebaran di sana-sini, tapi ada sebagian yang sudah mulai menempati posisinya di almari buku. Semalam suntuk array berusaha mengembalikan buku-buku yang memani ayahnya dalam sunyi. Yang memberikan cahaya kebenaran diantara karang-karang kemunafikan, hingga ayah lebih menyukai setiap rangkai kata dalam lembaran kertas di bandingkan cahaya kemilau harta dari kezaliman dan kemunafikan.

Salah satu buku tetap terdiam di atas dada array. Ketika array menegakkan tubuhnya, kedua mata yang belum sempurna benar dalam menangkap cahaya yang di terima retina. Ia melihat buku tersebut hendak bergeser hampir terjatuh. Tangan kanannya meraih buku yang selama semalaman terkulai di atas dadanya.

Saat merapihkan buku-buku kembali ke tempatnya, tanpa sengaja ada suatu buku yang membuatnya tertarik. Saat membaca judul yang tertera pada cover buku tersebut, array kembali teringat pada pesan ayahnya saat mimpi kemarin malam. Yaitu tentang kebenaran, dan judul buku tersebut adalah Akhirnya ku temukan kebenaran.

Buku ini merupakan hasil analisis yang obyektif dari penulisnya. Kurang lebih tiga tahun sang penulis berusaha merangkaikan setiap data yang di temukannya dalam perjalanan dan pengembaraan spiritual dan intelektualnya. Semua terangkum dan tertata rapi dalam buku tersebut.

Semalam suntuk array berusaha untuk mengerti setiap rangkai kalimat, karena di dalam setiap rangkai kata array selalu tercengang sehingga menimbulkan kebimbangan yang amat hebat. Kebimbangan yang melahirkan keraguan dan penyesalan bercampur menjadi satu.

Dalam duduknya array kembali menatapi buku yang terlihat simpel dan sederhana itu. Buku yang tidak pernah di sangka kalau di dalamnya terdapat sesuatu yang dapat memecut logika kita yang terbelenggu selama ini. Terbelenggu karena kesombongan yang amat hebat, terbelenggu karena tirani kaum munafik yang menjubahi diri sebagai orang alim dan tawadhu.

Bagaimana array tidak terkejut setengah mati, karena yang di ungkap dalam buku tersebut kebenaran tentang islam, kebenaran tentang sahabat-sahabat rosulullah, kebenaran tentang perpecahan islam, kebenaran tentang iman, kebenaran tentang wasiat rosulullah yang dilanggar oleh para sahabat.

Terlebih array sedang membuat karya ilmiah tentang islam. Karena walau bagaimana pun kita semua adalah islam keturunan bahkan ada sebuah kalimat sindiran yang sudah menjadi umum yaitu islam KTP (Keturunan Tanpa Pengetahuan). Maka sedetikpun array tidak pernah berkedip saat melihat fakta-fakta yang di uraikan dalam setiap kalimat dalam buku tersebut. Dalam kebimbangan tersebut array merasa bersyukur karena ia mendapat topik bahasan yang amat menggairahkan untuk karya tulis religinya itu yaitu ''Islam untuk umat akhir zaman dan bukan umat sekarang ''.

Begitu pula rasa ingin tahunya tentang islam bertambah besar, andai di ungkapkan dengan ungkapan yaitu layaknya pohon kering yang mendapat siraman air hujan..layaknya seorang buta yang kembali dapat melihat...layaknya bulan yang bersinar di setiap tanggal 15 bulan hijriyah.

Bahkan lebih sulit di ungkapkan lagi karena ternyata array bertambah lebih bijak,arif,sabar,teliti,dan kepandaiannya bertambah dari sebelumnya. Sulit di ungkapkan karena array bertambah rajin membaca buku-buku kesayangan ayahnya yang tertata rapih di dalam raknya. Hampir setiap harinya ia tidak pernah tertinggal membaca.

Jumat, 27 Februari 2009

"Islam untuk umat akhir zaman bukan umat sekarang ".(novel bag.6).

"ayah....ayah mau kemana, kenapa pergi dengan pakaian seperti itu. Dan apa maksud dengan perkataan barusan, yah..?''tanya array karena melihat ayah meninggalkannya.

"Yah, ayah..!!!" teriak array dibarengi oleh suara petir yang menggelegar sehingga memenuhi seluruh ruangan rumah.

"oh rupanya aku bermimpi ". ucap array sesaat setelah cahaya petir menyapu mimpi dan membangunkan tidurnya.

Rupanya rasa lelah membuat array terlelap di kursi kebanggaan keluarga, yang merupakan saksi bisu atas setiap perjalanan kehidupan keluarganya.

"ibu belum pulang juga, mana hujan di luar lebat sekali. "ucap array sambil melihat keadaan di luar dari jendela rumah. Lama sekali array memandang langit yang sedang di rundung pilu.

Dari kejauhan terlihat sosok manusia melangkah di ujung jalan. Langkahnya seperti pasrah atas guyuran hujan. Kegelapan malam menyelimutinya bahkan ia hanya terlihat bila ada kilatan petir yang menyambar.

"aneh orang itu, ia berjalan seperti suasana sedang cerah. Apakah ia tidak merasakan derasnya hujan, tidak takut dengan gemuruh serta kilatan petir."ucap array. Semakin lama semakin dekat, array terus memperhatikan orang tersebut. Ternyata ia mulai memasuki pekarangan rumah. Wajahnya masih belum nampak jelas terlihat.

"loh kok jalannya ke arah sini, emang siapa yah..? Aduh mukanya gak keliatan lagi."ucap array kebingungan.

Sementara daun dan bunga di pekarang tertelungkup karena air hujan yang membebani. Kilatan petir kembali menyambar, sehingga sosok yang sejak dari kejauhan tidak pernah lepas dari pandangan dapat terlihat jelas.

"bu...ibu...!!."array terkejut melihat ibunya yang basah kuyup oleh air hujan. Array bergegas menjemput ibu yang sejak tadi di khawatirkannya. Belum sempat array membuka pintu. Pintu itu sudah terbuka karena terdorong dari luar dengan kencang, hampir saja mengenai array.

"ibu...,dari mana ?, kenapa ibu hujan-hujanan,kenapa ibu gak berteduh dulu? Akh...sit, kenapa banyak nanya harusnya kan diambilin handuk ibu pasti kedinginan." ucap array dalam kepanikan.

Array pergi meninggalkan ibu untuk mengambil handuk. Sementara air mata ibu belum berhenti, hanya saja bercampur dengan air hujan yang masih membasahi wajah ibu sehingga array tidak mengetahui keadaan ibu yang sedang larut dalam kesedihan.

"hah...rupanya buku-buku ini yang mempengaruhi ayah, sehingga ayah menjadi sangat idealis dan kritis tapi karena idealis dan kritisnya itu ayah masuk penjara."ucap ibu yang menghampiri perpustakaan mini ayah. "keluar kalian semua dari sini. Jangan kalian berada disini lagi.'' teriak ibu sambil melempar keluar seluruh buku yang ada di dalam rak.

"ibu...,apa yang ibu lakukan ?.., kenapa dengan buku-buku ayah dan kenapa ibu menangis, apa yang sebenarnya terjadi. Jawab bu..?!!."tanya array karena melihat perangai ibu yang aneh. Ia mendengar teriakan ibu saat sedang mengambil handuk. Array kaget sekali karena buku-buku ayah sedang berterbangan kesana-kemari.

"Buku-buku ini yang menyebabkan ayah mu tidur di penjara malam ini,ray."jawab ibu sambil terus mengeluarkan seluruh isi perpustakaan ayah.

"apa...??,ayah di penjara ?, memangnya ayah salah apa bu?"tanya array yang kaget mendengar ucapan ibu.

Ibu terus memborbardir buku-buku ayah,dan ibu tidak menghiraukan pertanyaan array. Array pun sadar yang terpenting saat ini adalah menenangkan ibu karena sepertinya ibu amat terpukul akan kejadian ini. Array terus berusaha menenangkan ibu dan mendekap ibu,hingga akhirnya keduanya terduduk lemas karena kelelahan.

"sudah bu...,sebaiknya ibu istirahat. Nanti ibu sakit lagi karena ibu habis kehujanan."ucap array sambil memberikan handuk kepada ibu. Ia menuntun ibu menuju kamar agar ibu beristirahat.

"ya Allah apa yang sebenarnya dilakukan ayah,sehingga harus mendekam dalam sel tahanan?."tanya array dalam hati. "apakah ada hubungannya dengan ucapan ayah dalam mimpi tadi ?." tambahnya.

Selasa, 17 Februari 2009

Islam untuk umat akhir zaman bukan umat sekarang (novel religi bag. 5 )

Dengan perasaan yang galau si ibu melangkahkan kakinya. Terasa berat sekali meninggalkan suami tercintanya untuk melewati malam dibalik dingin dinding penjara. Air mata benar-benar tak dapat tertahan olehnya, terlihat berulang kali sekaan sapu tangan meraih wajah yang dirundung pilu itu.

Sedangkan di luar hujan mengguyur dengan begitu derasnya. Kilatan petir menyambar langit yang terlihat gelap disertai dengan suara gemuruh yang amat menakutkan. Bintang beserta bulan bersembunyi di balik kegelapan, keduanya seperti tak berani memandang kegusaran langit malam ini.

Ibu paruh baya ini seperti tidak menghiraukan sekelilingnya. Telinganya tak mendengar gemuruh petir, kedua bola matanya seperti tidak melihat kilatan petir yang menyambar, kulit tubuhnya seperti tak merasakan derasnya hujan karena belum sedetik seluruh pakaiannya sudah basah. Ia melangkah setapak demi setapak meninggalkan kantor kepolisian tersebut.

"array ingat perkataan ayah ini '' ucap ayah sambil memegang pundak putra kesayangannya. ''janganlah kamu takut berkata untuk kebenaran, karena hidup ini adalah sebuah penghambaan kepada yang Maha Benar. Bagaimana kita menghadapkan wajah ini nanti andaikan kita membuang jubah kebenaran yang seharusnya membalut kita layaknya pakaian kebesaran para raja. Takkan pernah ada penyesalan kita pada kehidupan dunia ini apabila kita meninggalkannya dalam keadaan benar, melainkan seluruh alam pasti bersedih karena ia tidak dapat melindungi pelaku kebenaran untuk tetap tinggal bersamanya. Ada sebuah kisah pada awal penciptaan langit dan bumi, dimana keduanya saling menunjukkan kelebihannya masing-masing. Sang langit berkata kepada bumi bahwa akulah tempat dimana malaikat berada, dimana bintang dan bulan yang indah bergantung dan dimana matahari bercahaya. Kemudian sang langit menambahkan bahwa hujan turun dari diriku, keindahan ku selalu dipuja oleh penghuni bumi, bahkan mereka seperti melupakan mu wahai bumi karena kamu selalu meresahkan manusia dengan segala musibah seperti banjir, longsor, gempa bumi, dan kekacauan lainnya. Bahkan manusia rela menghabiskan harta mereka hanya untuk mengunjungi ku dengan pesawat antariksanya. Sedangkan bumi bingung harus menjawab apa untuk membalas pernyataan langit yang memang di idamkan oleh bumi. Akhirnya bumi menjawab walau dengan rasa ragu, wahai langit dengarlah pernyataan ku ini. Seluruh ciptaan Allah tak ada yang berani menerima kitab suci alquran selain diriku, alquran dan kitab suci lain bersemayam ditempat ku beratus-ratus abad, sebelum kembali kepada pemiliknya yaitu Allah SWT. Aku selalu memelihara ciptaan-Nya yang sempurna yaitu manusia di atas pundakku, pada diriku terdapat manusia-manusia yang menghambakan diri kepada Allah walau ia tidak mengetahui keberadaan-Nya,yang bersujud dan rukuk walau lelah menggelayutinya. Diatas ku berdiri ka'bah rumah Allah dimana malaikatpun mengelilingi dan menjadikan kiblatnya dalam menyembah Allah. Kemudian langitpun tertunduk sesaat mendengar pernyataan bumi. Sungguh kesombongan hanya hak Allah yang Maha besar dalam penciptaan-Nya. Akhirnya bumi dan langit tak lagi mengumbar kesombongan satu sama lain, sekarang mereka bahu-membahu dalam membantu manusia untuk menyembah Allah sebagai bentuk sujud dan rukuk mereka kepada sang pemilik kebesaran.''

"ayah, memangnya ada apa sebenarnya. Kenapa baju yang ayah pakai terlihat seperti habis tercabik sehingga banyak robek disana-sini ?''ucap array karena khawatir melihat keadaan ayahnya yang terlihat kacau.

"array, ini baju kesayangan ayah. Ibu yang memberikan saat pertama kali ayah hendak mengikrarkan janji yang amat besar. Janji yang akan merubah seluruh kehidupan ayah. Janji yang menjadikan orang yang tak dikenal menjadi keluarga, dan keluarga menjadi tak dikenal. Janji yang lebih berharga dari bumi dan langit serta seisinya. Yaitu ijab-kabul saat menikahi ibu.'' ucap ayah sambil sesekali melihat bajunya dengan rasa haru.

"apa hubungannya dengan keadaan ayah sekarang ?''tanya array yang bingung atas perkataan ayah.

"array, pakaian ini ungkapan cinta ibu terhadap ayah, ibu tidak ingin ayah memakai pakaian yang tidak pantas saat bersanding bersamanya. Kemudian ijab-kabul merubah seluruh kehidupan ayah karena sebelumnya ayah tidak terikat oleh siapapun tetapi setelahnya ayah terikat oleh ibu dalam berbagai hal. Dan setelah itu maka ibu yang merupakan orang tak dikenal menjadi keluarga, dan ketika keluarga ayah membenci ibu maka mereka menjadi orang yang ayah tak kenal karena mereka tak mengenal keinginan ayah. Dan cinta ayah kepada ibu besarnya melebihi dunia dan langit serta seisinya.'' ucap ayah.

"tapi apa maksudnya,yah ?" tanya array bertambah bingung.

"array, sebenarnya ayah hanya ingin menunjukkan kebenaran. Ketika kita berucap dua kalimat syahadat dan berikrar sebagai seorang muslim. Maka Allah SWT memberikan pakaian keimanannya kepada kita agar dikenakan saat bersanding dengan-Nya. Syahadat merupakan keputusan yang sangat besar, yang akan merubah seluruh kehidupan kita yang tidak terikat menjadi terikat, menjadi keluarga dengan orang lain karena iman dan menganggap orang lain walaupun mereka keluarga juga karena iman, dan iman kepada Allah serta rosulnya lebih besar dari dunia dan langit serta seisinya. Maka teguhkanlah hatimu, walau pakaian keimanan mu harus terkoyak meski menembus kulit dari tubuh mu. Di balik aniaya kamu akan menemukan cinta, karena itulah ujian bagi pencinta, sehingga terlihat kemurnian cintanya.''

Minggu, 08 Februari 2009

Islam untuk umat akhir zaman bukan umat sekarang.(novel religi bag.4)

" put,tampaknya kamu lagi banyak masalah ? '' ucap nadia karena melihat putri yang sedang melamun.

"eng...gak kok nad,gak... ada apa-apa." jawab putri berusaha menyembunyikan lamunannya. Putri kembali memfokuskan diri pada murid-murid yang terlihat terbengkalai, nadia masih menunggu kejujuran putri. Lama sekali nadia memperhatikan putri yang mulai menyibukkan diri. Nadia merasa sahabatnya sedang menyembunyikan sesuatu terhadap dirinya.

''Allah takkan menguji manusia melebihi kemampuannya, apa yang sedang di hadapi putri mudah-mudahan ia mampu mengatasinya'' ucap nadia dalam hati. Akhirnya nadia mulai melepaskan pandangannya terhadap putri yang terlihat mulai sibuk.

Jarum jam terus berputar detik demi detik. Hampir tak ada yang memperhatikan atau waktu memang mulai tidak terasa karena begitu cepatnya. Aktifitas anak-anak di musholah sama ramainya dengan salah satu kantor kepolisian di pusat kota. Walau malam sudah menjelma ternyata masih ada saja aktifitasnya.

"lapor komandan"ucap seorang petugas polisi kepada atasannya.

Terlihat salah seorang pelaku kejahatan yang baru tertangkap di kawal oleh dua anggota polisi, entah apa yang sudah dilakukan olehnya. Wajahnya hampir tak dapat di kenali karena darah yang membasahi hampir di seluruh tubuhnya.

Aneh memang, di mana penegakkan keadilan memiliki semboyan yang di agungkan yaitu asas praduga tidak bersalah. Tapi masih banyak terlihat hak-hak pelaku kejahatan yang terampas karena perlakuan hukuman sebelum terlaksananya sebuah proses peradilan.

Entah, karena kita belum mengerti arti dari asas praduga tidak bersalah, yang memang sosialisasi dan aplikasinya oleh aparat penegak hukum terkadang kurang dan bahkan banyak di salah gunakan.

Begitulah hukum di bumi pertiwi ku, kekaguman akan cita-cita mulia dari Hak Asasi Manusia yang dipamerkan oleh modernisasi kaum barat ternyata masih merupakan cita-cita semata. Atau kita memang tidak sadar bahwa yang mempelopori HAM dari kaum barat yang mengaku sebagai kaum modernis merupakan ide kaum kapitalis jadi yang berlaku yach hanya untuk kaum kapitalis saja, sedangkan untuk kaum minoritas HAM dan Asas praduga tidak bersalah merupakan sebuah omong kosong belaka.

Jadi ketika kita melihat seorang pencuri,pencopet,penjambret tertangkap babak belur merupakan hal yang biasa dan ketika kita melihat pejabat,aparat penegak keadilan dan kaum kapitalis korup dan melakukan tindak kejahatan mereka diperlakukan dengan baik kita pun menganggap sebagai suatu hal yang biasa pula.

Sementara di sudut ruangan yang lain, yaitu bagian keamanan dan ketertiban masyarakat. Nampak seorang ibu yang tak henti-hentinya menyeka pipinya dengan sapu tangan, karena air mata yang deras mengalir. Rasa putus asa terlihat jelas diantara raut wajahnya yang sedikit mulai terlihat lelah. Entah apa yang membuatnya begitu bersedih dan mengapa ia sampai berada disebuah kantor polisi.

Seorang pria duduk berhadap-hadapan dengan ibu itu. Dari cara menenangkan si ibu, bapak itu terlihat sangat bijak. Walau nampak jelas kedua tangannya terbelenggu oleh borgol polisi. Tidak terlihat sedikit pun kegusaran dari raut wajah si bapak. Seorang petugas polisi menghampiri ibu dan bapak tersebut.

"pak polisi, memangnya suami saya salah apa pak? " ucap si ibu sambil terus membersihkan air mata yang mengalir. " suami saya orang baik-baik pak, bahkan hampir dua puluh tahun saya menikah dan berumah-tangga tidak pernah diperlakukan kasar olehnya. Kini tiba-tiba ia ada disini di tempat dimana saya tidak pernah ingin bahkan bermimpi sekalipun untuk masuk ke kantor polisi '' tambah ibu yang masih tidak percaya kalau suaminya bisa berurusan dengan polisi.

"bu, suami ibu telah menghasut dan memprovokasi masyarakat untuk menjatuhkan seorang wali kota,sehingga terjadi pengerusakan rumah wali kota oleh massa."jawab polisi. "sebaiknya ibu sekarang pulang karena bapak akan saya bawa menuju ruang tahanan."tambahnya.

"pak...pak polisi pasti salah orang. Suami saya tidak akan melakukan hal itu."ucap ibu sambil memegangi tangan suaminya yang mulai di bawa keruang tahanan. Air mata si ibu kini kembali deras mengalir. Ia seperti tidak tahan melihat suaminya berdiri di balik jeruji besi.

"sudah bu pulang...bapak gak apa-apa kok disini. Jaga aja anak-anak di rumah. "ucap si bapak kepada ibu. Kini wajah bersalah bapak sedikit terlihat karena menyaksikan air mata ibu yang terus mengalir. "sebelumnya saya tak pernah melihat air mata ibu, dalam kondisi ekonomi susah bagaimanapun ibu tetaq memberikan senyum manisnya. Ibu adalah wanita yang tegar."tambah bapak dalam hati.

Selasa, 27 Januari 2009

Islam untuk umat akhir zaman bukan umat sekarang (novel religi bag. 3 )

Malam sudah menyelimuti setiap pelupuk mata, bulan sepertinya manja dengan sedikit bersembunyi di balik awan. Bintang juga tak ingin terlambat hadir untuk dipuji, dengan kerlap-kerlipnya yang silih berganti, menambah malam ini begitu berarti.

Desiran angin membawa suara-suara indah dari speaker sebuah musholah, teduh dan bersemangat sekali suara itu sampai ke telinga pendengarnya. Semakin di perhatikan maka semakin kita terharu, mungkin kedua mata ini tak dapat menahan lagi permatanya. Anak-anak kecil itu seperti datang dari surga firdaus, bacaannya merupakan kalam yang benar dari sang pencipta dan sebagai pedoman bagi seluruh manusia.

Waktu magrib baru saja berlalu, para jamaah sudah terlihat melangkah pulang,berganti dengan anak-anak yang belajar mengaji. Suaranya menggema baik di dalam ruangan musholah dan juga relung hati setiap manusia yang mendengarnya.

" pak kiri....'' ucap seorang remaja putri yang berada di dalam sebuah angkutan kota. Pak supirpun secepat kilat menghentikan laju kendaraan angkutan yang di kemudikannya dan berhenti tepat di jl. Ir Sutami. Setelah turun dan membayar ongkosnya ia bergegas berjalan menuju sebuah musholah.

''assalamu 'alaikum......semuanya.'' ucap remaja putri itu sesampainya di musholah.

Wajahnya putih laksana salju di dua kutub bumi. Busana muslimah yang membalut tubuh terlihat anggun dan elegan sehingga Aurat nya benar-benar terpelihara dan terjaga dengan baik. Seorang muslimah yang bersahaja dan mengagumkan bagi setiap mata yang memandang.

"Wa'alaikum salam...kak.''sahut anak-anak serempak meskipun tanpa di komandoi.

Si remaja putri hanya tersenyum melihat antusiasme anak-anak pada dirinya.

Tak berselang lama Ia memasuki musholah dan larut dalam kegiatan didalamnya.

"sst..putri,gak biasanya terlambat, memangnya ada apa ? ''ucap temannya lirih, yang sebelumnya menyenggol dengan sikut tangannya.

"gak ada apa-apa nadia,''sahut putri. ''nad,array gak kelihatan hari ini?'' tambahnya setelah memperhatikan teman-temannya yang tengah mengajarkan anak-anak mengaji.

'' waduh yang kangen... Baru dateng udah nanyain yayang.''celoteh nadia. Nadia merupakan sahabat dekat putri, dan sudah sejak lama nadia tahu kalau sahabatnya itu memendam rasa terhadap array.

"ssstt..." sela putri dengan menujukkan jari telunjuknya di depan bibirnya. Pipinya yang putih terlihat sedikit berubah kemerahan. "nad,jangan kenceng-kenceng dong,entar ada yang denger lagi.'' tambah putri karena takut teman-teman yang lain pada tahu kalo dia cinta mati sama array.

"sorry put...gak sengaja, soalnya kamu lucu, dah tahu cinta mati Ekh... pake malu lagi buat ngungkapinnya.'' ucap nadia yang memang memiliki jam terbang tinggi masalah cowok dan percintaan.

''iya deh yang dah jago masalah cinta.''ucap putri melihat sahabatnya yang terus mengejek.

"Yach...gitu aja ngambek,sorry dah put..''ucap nadia yang melihat raut wajah putri sedikit berubah masam.

"kak nadia yang ini bacaannya bagaimana ?''ucap seorang anak kecil yang di mentori oleh nadia.

Akhirnya putri dan nadia merasa malu karena mereka menelantarkan anak didiknya. Mereka berdua memang kembali pada tugas,tapi putri tidak dapat berkonsentrasi karena dalam kepalanya masih terus mengelola ucapan nadia.

''Sampai kapankah perasaan yang kian bersemi dan semakin hari makin membuat dada ini terasa sesak dapat ku sembunyikan. Mengapa kedua bibir ini tak mampu mengutarakan isi hati yang menyiksa setiap detiknya. Bahkan detak jantung seperti hendak meledak saat melihat dan bertatapan dengannya. Mungkinkah nama lain cinta adalah kebisuan, atau cinta adalah ketidakberdayaan.''

''Entahlah yang jelas cinta dalam setiap bentuk dan wujudnya merupakan misteri yang indah untuk di lalui, walau terdapat liku-liku untuk menapaki jalannya.''

"putri...put...''ucap nadia yang melihat sahabatnya melamun, sampai-sampai anak muridnya yang bertanya di cuekin.

"Oo...o.....iyah, Nadia'' ucap putri kaget karena teguran nadia.

Sabtu, 24 Januari 2009

Islam untuk umat akhir zaman bukan umat sekarang(novel religi bag.2).

Matahari nampak mulai lelah, setelah seharian membantu menerangi manusia dalam mencari rizki-Nya yang ditaburkan dimuka bumi ini. Ia mulai menapaki jalan menuju peraduan sehingga terlihat mega merah di ufuk barat. Langit yang sejak siang cerah kini berubah kelabu dengan warna jingga meyelimuti kapas-kapas raksasa yang tergantung pada cakrawala. Burung-burung terlihat mulai kembali ke sarang dengan rasa syukur atas nikmat yang telah di anugerahkan.

Aku yang semenjak siang sibuk mencari data-data untuk karya tulis merasa terhibur dengan keanggunan alam sore ini. Lelah yang menggelayuti seluruh tubuh berangsur-angsur pulih walau tak terobati seluruhnya. Maka tidak mengherankan jika banyak para seniman baik penulis dalam bentuk fiksi maupun syair puisi, fotografer, pelukis, dan pencipta lagu banyak yang mengabadikan moment-moment seperti ini.

''Maha besar Allah atas segala kebesaran-NYA" ucapku sambil berlalu.

Dengan segala sisa-sisa tenaga yang ada pada tubuh ini, aku kembali melangkahkan kaki, menelusuri jalan-jalan yang mulai di hiasi lampu jalanan di setiap sisi-sisinya, temaram senja kini bergumul dengan kedua retina mata yang juga sudah lelah, sehingga jarak pandanganku berkurang dan semakin terbatas.

Jalan Ir.sutami, aku dapati tulisan itu tetap berdiri tegak dengan besi sebagai penyangga, walaupun catnya sudah mulai mengelupas dan sedikit memudar. Entah siapakah sang insinyur itu, yang jelas diri ini semakin bersemangat dalam melangkahkan kaki, sebab rumahku sudah terlihat walau dari kejauhan.

Senang rasa hati ini melihat pekarangan rumah yang mungil tapi bagai gerbang surga yang elok, setiap sisinya ditumbuhi bunga-bunga dengan warna-warni yang beragam. Tangan lembut ibu memang terampil, hampir setiap hari ia merawatnya. Bahkan terkadang diri ini merasa iri atas perhatian ibu yang sedemikian rupa itu.

"assalamu 'alaikum, bu..." ucapku sambil membuka pintu rumah. Tak berselang lama segera aku menjatuhkan diri diatas kursi kayu peninggalan kakek. Konon menurut cerita ibu, kakek sendiri yang membuat kursi ini. Maklum kehidupan kami sangat sederhana jadi tak ada sofa mewah yang nyaman dan empuk, walaupun demikian kursi ini asli dari kayu jati sehingga kekuatannya melebihi si pembuatnya.

"bu...ibu...kok salamnya gak di jawab sich..?''tanyaku heran karena gak biasanya ibu diam dan tidak menjawab salam. Tubuh ini berusaha bangkit dari tempat duduk walaupun rasa lelah belum juga hilang. Lalu ku telusuri setiap sudut ruangan dalam rumah yang sebenarnya tidak lah luas. '' dikamar, ibu gak ada, di dapur ibu gak ada, di kamar mandi ibu juga gak ada, kemana yach ibu kok jam segini gak ada di rumah ?''ucapku bingung sambil terus memperhatikan setiap arah takut ada yang terlewati. Sepertinya ibu memang tidak ada dirumah tambahku dalam hati. Penasaran dan bingung berbaur menjadi satu, '' lebih baik keluar rumah untuk menanyakan ibu di rumah tetangga mungkin ada yang tahu, syukur-syukur kalo ibu ada '', tambah ku sambil lalu.

''assalamu 'alaikum.... ''sebelumnya kedua tanganku sudah meraih daun pintu dan mengetuk rumah tetangga yang berada bersebelahan dengan rumah ku .

"wa'alaikum salam, siapa yach..?"Sahut tuan rumah dari balik pintu.
Sedetik kemudian suara kaki terdengar melangkah menuju kearah pintu dan semakin mendekat, lalu pintu pun mulai terbuka. Terlihat wanita paruh baya yang hampir seumur dengan ibu.

Bu Endang namanya, ia tetangga yang sangat bersahaja dan sederhana. Terkadang sering datang kerumah untuk sekedar mengobrol tentang kegemarannya. Bu Endang memiliki kegemaran yang sama dengan ibu, yaitu senang dengan bunga-bunga dan tumbuhan. Alhasil pekarangannya sama dengan rumahku. Bunga dan bermacam-macam tumbuhan menghiasi setiap sudut pekarangannya.

"Ekh..Nak Array ada apa,sudah lama gak pernah main ke sini ?.'' tanya bu Endang dengan senyum yang hangat dan tak terlihat tergangu akan kedatangan ku.

Ekh...iya Sampai lupa sudah jauh begini saya belum kasih tahu pemilik tubuh kecil yang dibilang cengcorang ini. Sekitar pertengahan bulan juli, tepatnya tanggal 24 tujuh belas tahun yang silam, lebih kurang pukul 9 malam, di sebuah rumah bersalin bidan Eti nur namanya, lahirlah seorang anak laki-laki dan merupakan anak pertama dari pasangan suami-istri yaitu Bpk Arif suparman dan Ibu Annisa rahayu. Yang kemudian di beri nama Array . Yang merupakan perpaduan dari ARif dan RAhaYu (diambil huruf yang besarnya saja). Dalam bahasa inggris berarti perhiasan. Mungkin sebagai tanda perhiasan cinta antara ayah dan ibunya. Dah yah informasinya sekian dulu, soalnya kasihan si Array yang lagi sibuk nyari ibunya. Bantuin akh......

''iyah bu jarang main karena sibuk persiapan ujian, maaf saya mau nanya soal ibu. Mungkin bu Endang tahu ?''ucapku merasa malu dan bingung karena memang aku sudah jarang main.

"Iya sih tadi sore ibunya nak Array kelihatan pergi, dan sepertinya tergesa-gesa sekali, cuma ibu gak sempat nanya ,jadi ibu gak tau. Memangnya sampai sekarang belum pulang ?''.

'' iya bu, sampai sekarang belum pulang. Klo begitu saya permisi pulang, mari bu.. ''. Tak tahu apa yang harus ku lakukan lagi, perasaan bingung kini berubah menjadi khawatir dan tidak bisa ku sembunyikan dari wajah ini. Mungkin bu Endang tahu apa yang ada dalam otak ku, karena tak berselang lama bu Endang berkata '' mudah-mudahan... gak terjadi apa-apa sama bu Rahayu ''.

Kamis, 22 Januari 2009

Islam untuk umat akhir zaman bukan umat sekarang(novel religi)

Untaian bercak tinta ini, Irfanku kehadirat-Mu yang
"Maha Pemurah lagi Maha Penyayang"(Qs.Alfatihah:3). Sebagian yang lain memuja-Mu dengan mengagungkan nama indah-Mu, sebagian yang lain bersahabat dengan maut dalam mencintai-Mu. Tapi banyak pula yang meninggalkan-Mu demi kebohongan dan kepalsuan yang nyata,"Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian"(Qs.Al asri:2), dan aku berlindung kepada-Mu atas hal yang demikian itu. Sesungguhnya tidak sedikit pun kekuasaan-Mu akan berkurang atas semua perlakuan itu.

Sastra ini milik-Mu, keindahannya kepunyaan-Mu, huruf yang terangkai semua atas kuasa-Mu, "Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya"(Qs.Al alaq:5). Tiada hak ku atas semua milik-Mu. Setiap langkah dalam hitungan detik terdapat neraca pertanggung- jawaban. "Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi"(Qs.Al fajri:14), "Dan segala sesuatu telah kami catat dalam suatu kitab"(Qs.Annabai:29), maka teguhkan hati ini untuk melangkah pasti dengan ridho-Mu, bersama kekasih-kekasih Mu "(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat"(Qs.alfatihah:7).

Tuanku aku adalah hamba-Mu, tak ada keberanianku untuk taat selain kepada-Mu,ijinkan aku ucapkan salam penghormatan kepada kekasih-Mu, Muhammad SAW beserta keluarganya yang telah Engkau sucikan,"sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya"(Qs.Al Ahzab:33). "sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berucap salawat pada nabi, wahai orang-orang yang beriman bersalawatlah kalian pada nabi dan ucapkan salam sejahtera padanya" (Qs.al ahzab:56). Ya Allah salawat sejahtera-Mu untuk nabi Muhammad, keturunan beserta keluarganya.

"permisi...anak muda" aku sedikit tersentak, kemudian berusaha mencari asal suara tersebut, seperti dari arah belakang ucapku dalam hati. Ternyata memang benar seorang kakek tua berbaju batik yang mulai pudar warnanya terlihat hendak maju menuju baris terdepan dalam shap sholat, aku pun sedikit menyingkir untuk memberinya jalan. Siang ini terasa terik, udara dalam ruangan terasa naik setiap detiknya berbanding lurus dengan para jama'ah yang mulai berdatangan memenuhi masjid. Kipas angin berputar dengan cepat berkejaran dengan peluh para jama'ah yang terlihat mulai membasahi. Tidak sedikit pula yang terlihat mulai mengibaskan tangannya ke kiri dan ke kanan, suara gaduh masih menggema di dalam ruangan yang sedikit mulai membosankan karena ruangan yang seharusnya untuk bertaqorub berubah manjadi pasar tradisional, sinar matahari terlihat mulai memasuki area belakang masjid, seperti hendak mengingatkan jama'ah yang ada di belakang untuk mengisi shap yang di depan karena memang terlihat masih lengang, perlahan tapi pasti banyak jama'ah yang mulai memilih untuk maju kedepan. Sholat jumat belum juga dimulai karena waktu baru menunjukkan pukul 12.30 yach mungkin sebentar lagi...aduh panas..!!??

Aku kembali merenungi karya tulis religi ku yang mentok, sudah habis waktu sebulan tapi pendahuluan saja belum bisa aku selesaikan. Ehk..tiba-tiba kakek tadi mengagetkan aku, mungkin Allah mengingatkan bahwa bukan di masjid waktunya memikirkan karya tulis sebaiknya untuk riyadhoh. Terlebih lagi kehidupan yang tengah aku jalani menguras banyak pikiranku sehingga kalimat, kata, dan huruf seperti lari dan sulit dirangkaikan untuk karya tulisku.

Seperti umumnya para remaja aku masih labil dalam memandang kehidupan. Banyak realitas kehidupan yang sepertinya belum siap aku hadapi. Masa pencarian ini begitu melelahkan sampai aku tak mampu mengurus penampilan dan diri ini. Orang lain yang melihat badanku pasti akan segera ingat binatang sejenis serangga berwarna hijau yang terkenal dengan tingkahnya yang tak pernah bosan menunjuk dengan tangannya. Ayo tebak...eettt...kok jadi main teka-teki sich..? Cengcorang namanya, kecil badannya, tengil lagunya, hijau warnanya, daun makanannya, dan banyak nya..nya...lainnya...

Memang sedikit agak menyebalkan sich kalo ada yang mengatakan seperti cengcorang, karena bagaimanapun kata "cowok macho" adalah idaman setiap kaum adam di muka bumi ini tidak terkecuali aku."maka nikmat tuhan mu yang manakah yang engkau dustai"(Qs.Arrahman). Astagfirullah dalam benakku teringat itu begitu saja, mungkin karena aku sedang membuat karya tulis tentang keagamaan kali yach yang mengharuskan selalu merujuk pada ayat-ayat alquran. Anehnya aku menemui ayat tersebut terus diulang dalam surat Arrahman. Akhh berat mikirin yang gituan... Toh ulama-ulama dan para ustad yang harus memikirkannya, soalnya ada pepatah lama mengatakan "serahkan sesuatu hal pada ahlinya''.

"Allahu akbar...Allahu akbar....'' ''akhirnya adzan juga'' ucapku sambil mulai menggerutu, karena suasana di masjid sudah begitu panas, bahkan keringatku sudah ada yang jatuh tanpa sepengetahuan ku. Suara pasar tradisionalpun sekejap saja menghilang tak berbekas persis syair yang indah ini ''datang tak diundang pulang tak diantar hih...hi..hihhi..'' indahkan syairnya..

Suasana khidmat mulai menaungi kami, secara berangsur-angsur ruangan yang tadinya panas mulai terasa teduh, angin mulai menembus pori-pori kulit dikit demi sedikit, jama'ah yang sejak tadi sibuk berkipas dengan tangan mulai tidak terlihat, aneh memang tapi itulah kebesaran sang Maha Pencipta.Tentu saja bagi mereka yang mau berfikir.
"aku hadapkan wajah ini, untuk-Mu aku ruku' dan sujud".

Kamis, 08 Januari 2009

Mitos atau agama yang lebih dulu ada ?...

Ada pertanyaan yang sering dijadikan suatu pembodohan baik yang bertanya maupun yang menjawab. Manakah yang lebih dulu ada telor ayam atau ayamnya ?... Tapi kali ini saya ingin menguji sebuah pertanyaan yang sama yaitu manakah yang lebih dulu ada mitos atau agama?... Pertanyaan ini merupakan lanjutan dari pembahasan mitos sebagai penggerak logika. Saat itu saya menulis bahwa istilah agama muncul karena adanya mitos dengan contoh banyaknya dewa-dewa. Hal ini saya ungkapkan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran atas sesuatu yang amat sensitif. Pada awal penulisan mitos sebagai penggerak logika saya pernah mengungkapkan bahwa istilah mitos sebenarnya hadir di zaman kita tidak pada zaman dahulu. Maka dengan ini sudah pasti ditemukan jawaban yang sebenarnya. Tapi kali ini saya berusaha mengupas lebih dalam lagi kebenaran yang ada. Saya mulai dari manusia yang menghuni bumi pertama kali bisa di bilang adalah nenek moyang kita semua yaitu adam dan istrinya hawa. Dalam hal ini saya tidak mengakui teori yang mengatakan bahwa nenek moyang kita adalah kera,atau anda mau kalau anda disebut kera. Tentu tidakkan ?... Maafkan saya terlalu berlebihan,tapi andai boleh terus terang alasan saya tidak mengakui teori tersebut karena saya tidak mau disebut kera. Sudah yach nanti bahasan kita menjadi meluas dan menjauhi tujuan awal. Mari kita berhayal sedikit pada masa pertama hadirnya adam dan hawa di dunia ini. Seperti halnya kita, ketika tiba di suatu tempat yang baru tapi tempat itu berbeda dari asal kita maka kebingunganlah yang hinggap dalam diri kita. Agar lebih mudah saya ambil contoh yaitu seorang kaya raya yang terbiasa hidup dalam kemewahan dan kecukupan dengan puluhan pelayan yang siap sedia melayaninya tanpa mengeluh,suatu saat harus menjalani hukuman dalam penjara yang amat kejam dimana tidak ada seorang pun yang dapat membantu apalagi pelayan. Dalam kebingungan dan kesedihan yang amat sangat itulah adam dan hawa kembali berusaha mencari jalan ke luar untuk dapat kembali ketempat asal yang keindahannya tiada tertandingi. Maka adam dan hawa menjadi dua manusia yang terus menerus memohon akan ampunan atas dosa yang telah diperbuat sehingga harus menjalani penjara kehidupan didunia ini. Singkat cerita Seperti halnya sepasang manusia maka adam dan hawa mempunyai putra dan putri. Dalam membesarkan belahan hati mereka, Adam dan hawa terus memberitahukan kepada putra-putrinya akan tempat asal mereka dan memberitahukan janganlah kamu berbuat dosa karena ada sosok suci dan berkuasa yang terus memperhatikan setiap perbuatan yang mereka lakukan. Andai kalian melanggar maka hati-hati lah karena kalian tidak akan pernah kembali ke pada tempat asal kalian tapi kalian akan kembali mendapat hukuman yang abadi. Ucapan itu terus berulang sampai ajal menjemput mereka berdua. Jadi secara tidak langsung unsur agama sudah ada pada saat adam dan hawa memberitahukan kepada putra-putrinya agar melakukan perintah dan menjauhi laranganNYA. Setelah adam dan hawa tiada adalah awal timbulnya mitos,kenapa ?..... Menurut logika saya dan berdasar data sejarah bahwa yang mengetahui akan asal usul manusia hanyalah adam dan hawa,sehingga wajar lambat laun manusia menilainya sebagai cerita atau dongeng semata. Terlebih lagi manusia sudah sangat berjuang dengan keras untuk dapat menyesuaikan diri dengan dunia ini. Setelah keberhasilan menyesuaikan dan mengetahui keuntungan dari dunia ini,manusia merasa bahwa ini tempat asal dan kehidupan kita. Mereka sudah sangat melupakan pesan nenek moyang mereka. Jadi itulah jawaban yang bisa saya berikan, semoga kita sadar akan asal kita, dimana nenek moyang kita menanti dengan tidak sabar perjumpaan dengan kita cucu-cucu mereka. Tanggapan,kritik dan saran saya nantikan guna perbaikan. Terima kasih,wassalam.