Jumat, 27 Februari 2009

"Islam untuk umat akhir zaman bukan umat sekarang ".(novel bag.6).

"ayah....ayah mau kemana, kenapa pergi dengan pakaian seperti itu. Dan apa maksud dengan perkataan barusan, yah..?''tanya array karena melihat ayah meninggalkannya.

"Yah, ayah..!!!" teriak array dibarengi oleh suara petir yang menggelegar sehingga memenuhi seluruh ruangan rumah.

"oh rupanya aku bermimpi ". ucap array sesaat setelah cahaya petir menyapu mimpi dan membangunkan tidurnya.

Rupanya rasa lelah membuat array terlelap di kursi kebanggaan keluarga, yang merupakan saksi bisu atas setiap perjalanan kehidupan keluarganya.

"ibu belum pulang juga, mana hujan di luar lebat sekali. "ucap array sambil melihat keadaan di luar dari jendela rumah. Lama sekali array memandang langit yang sedang di rundung pilu.

Dari kejauhan terlihat sosok manusia melangkah di ujung jalan. Langkahnya seperti pasrah atas guyuran hujan. Kegelapan malam menyelimutinya bahkan ia hanya terlihat bila ada kilatan petir yang menyambar.

"aneh orang itu, ia berjalan seperti suasana sedang cerah. Apakah ia tidak merasakan derasnya hujan, tidak takut dengan gemuruh serta kilatan petir."ucap array. Semakin lama semakin dekat, array terus memperhatikan orang tersebut. Ternyata ia mulai memasuki pekarangan rumah. Wajahnya masih belum nampak jelas terlihat.

"loh kok jalannya ke arah sini, emang siapa yah..? Aduh mukanya gak keliatan lagi."ucap array kebingungan.

Sementara daun dan bunga di pekarang tertelungkup karena air hujan yang membebani. Kilatan petir kembali menyambar, sehingga sosok yang sejak dari kejauhan tidak pernah lepas dari pandangan dapat terlihat jelas.

"bu...ibu...!!."array terkejut melihat ibunya yang basah kuyup oleh air hujan. Array bergegas menjemput ibu yang sejak tadi di khawatirkannya. Belum sempat array membuka pintu. Pintu itu sudah terbuka karena terdorong dari luar dengan kencang, hampir saja mengenai array.

"ibu...,dari mana ?, kenapa ibu hujan-hujanan,kenapa ibu gak berteduh dulu? Akh...sit, kenapa banyak nanya harusnya kan diambilin handuk ibu pasti kedinginan." ucap array dalam kepanikan.

Array pergi meninggalkan ibu untuk mengambil handuk. Sementara air mata ibu belum berhenti, hanya saja bercampur dengan air hujan yang masih membasahi wajah ibu sehingga array tidak mengetahui keadaan ibu yang sedang larut dalam kesedihan.

"hah...rupanya buku-buku ini yang mempengaruhi ayah, sehingga ayah menjadi sangat idealis dan kritis tapi karena idealis dan kritisnya itu ayah masuk penjara."ucap ibu yang menghampiri perpustakaan mini ayah. "keluar kalian semua dari sini. Jangan kalian berada disini lagi.'' teriak ibu sambil melempar keluar seluruh buku yang ada di dalam rak.

"ibu...,apa yang ibu lakukan ?.., kenapa dengan buku-buku ayah dan kenapa ibu menangis, apa yang sebenarnya terjadi. Jawab bu..?!!."tanya array karena melihat perangai ibu yang aneh. Ia mendengar teriakan ibu saat sedang mengambil handuk. Array kaget sekali karena buku-buku ayah sedang berterbangan kesana-kemari.

"Buku-buku ini yang menyebabkan ayah mu tidur di penjara malam ini,ray."jawab ibu sambil terus mengeluarkan seluruh isi perpustakaan ayah.

"apa...??,ayah di penjara ?, memangnya ayah salah apa bu?"tanya array yang kaget mendengar ucapan ibu.

Ibu terus memborbardir buku-buku ayah,dan ibu tidak menghiraukan pertanyaan array. Array pun sadar yang terpenting saat ini adalah menenangkan ibu karena sepertinya ibu amat terpukul akan kejadian ini. Array terus berusaha menenangkan ibu dan mendekap ibu,hingga akhirnya keduanya terduduk lemas karena kelelahan.

"sudah bu...,sebaiknya ibu istirahat. Nanti ibu sakit lagi karena ibu habis kehujanan."ucap array sambil memberikan handuk kepada ibu. Ia menuntun ibu menuju kamar agar ibu beristirahat.

"ya Allah apa yang sebenarnya dilakukan ayah,sehingga harus mendekam dalam sel tahanan?."tanya array dalam hati. "apakah ada hubungannya dengan ucapan ayah dalam mimpi tadi ?." tambahnya.

1 komentar:

  1. Lanjut TeruZZZ,BoZ
    Ceritanya BaguZZ..

    Salam
    Sadih Saputra (Aloy)

    BalasHapus