Minggu, 22 Maret 2009

Islam untuk umat akhir zaman bukan umat sekarang. (novel religi 7)

''kuk...kuruyuk..." si jago berulang kali berkokok, pekikkannya melahap dinginnya pagi yang masih buta. Merambat menembus kabut yang masih pekat. Dari kejauhan sahutan kokok terdengar mulai ramai terdengar, seperti ucapan syukur karena pagi mulai menjelma. Sementara disudut kejauhan yang lain terlihat cahaya jingga menyeruak perlahan menghempaskan pekat malam. Memberikan kehangatan kehidupan kepada seluruh makhluk, setelah hujan deras semalaman. Dahan-dahan pohon mulai bergoyang-goyang, karena burung-burung mulai melompat-lompat sambil bernyanyi dengan kicaunnya.

Muka lesu array mulai tersentuh kehangatan sang surya. Rasa lelah menyelimuti ketampanannya, mungkin karena tidurnya yang amat larut. Ia tetap terjaga diatas kursi karya sang kakek. Walau hanya kerangka keras dari jati dan hampir tidak memiliki sisi empuk seperti busa, kursi kakek membelai array menemui alam mimpi hingga pagi menjelma.

Riuh suara mahluk pagi mulai mengusik gendang telinga array. Mata indah yang terpejam semalaman mulai bergerak perlahan-lahan, Awalnya untuk menghindari sengatan mentari timur. Sedetik kemudian seluruh tubuh memberi sinyal atas reaksi alam dalam aktifitas paginya, sehingga array terbangun dan menyadari bahwa pagi mulai menebar pesonanya. Keanggunannya merupakan maha karya yang luar biasa dari sang pencipta, yang memperhitungkan setiap detailnya sehingga tak ada sesuatu kata dan bahasa yang dapat melukiskannya.

"ukh...u...kh...." array berusaha membangkitkan dirinya. "A...kh.." tangan kanannya sekejap menutupi mulutnya yang menguap. Kedua matanya mulai berkeliling menyapu setiap sudut ruangan dalam rumah. Buku-buku sang ayah masih banyak yang bertebaran di sana-sini, tapi ada sebagian yang sudah mulai menempati posisinya di almari buku. Semalam suntuk array berusaha mengembalikan buku-buku yang memani ayahnya dalam sunyi. Yang memberikan cahaya kebenaran diantara karang-karang kemunafikan, hingga ayah lebih menyukai setiap rangkai kata dalam lembaran kertas di bandingkan cahaya kemilau harta dari kezaliman dan kemunafikan.

Salah satu buku tetap terdiam di atas dada array. Ketika array menegakkan tubuhnya, kedua mata yang belum sempurna benar dalam menangkap cahaya yang di terima retina. Ia melihat buku tersebut hendak bergeser hampir terjatuh. Tangan kanannya meraih buku yang selama semalaman terkulai di atas dadanya.

Saat merapihkan buku-buku kembali ke tempatnya, tanpa sengaja ada suatu buku yang membuatnya tertarik. Saat membaca judul yang tertera pada cover buku tersebut, array kembali teringat pada pesan ayahnya saat mimpi kemarin malam. Yaitu tentang kebenaran, dan judul buku tersebut adalah Akhirnya ku temukan kebenaran.

Buku ini merupakan hasil analisis yang obyektif dari penulisnya. Kurang lebih tiga tahun sang penulis berusaha merangkaikan setiap data yang di temukannya dalam perjalanan dan pengembaraan spiritual dan intelektualnya. Semua terangkum dan tertata rapi dalam buku tersebut.

Semalam suntuk array berusaha untuk mengerti setiap rangkai kalimat, karena di dalam setiap rangkai kata array selalu tercengang sehingga menimbulkan kebimbangan yang amat hebat. Kebimbangan yang melahirkan keraguan dan penyesalan bercampur menjadi satu.

Dalam duduknya array kembali menatapi buku yang terlihat simpel dan sederhana itu. Buku yang tidak pernah di sangka kalau di dalamnya terdapat sesuatu yang dapat memecut logika kita yang terbelenggu selama ini. Terbelenggu karena kesombongan yang amat hebat, terbelenggu karena tirani kaum munafik yang menjubahi diri sebagai orang alim dan tawadhu.

Bagaimana array tidak terkejut setengah mati, karena yang di ungkap dalam buku tersebut kebenaran tentang islam, kebenaran tentang sahabat-sahabat rosulullah, kebenaran tentang perpecahan islam, kebenaran tentang iman, kebenaran tentang wasiat rosulullah yang dilanggar oleh para sahabat.

Terlebih array sedang membuat karya ilmiah tentang islam. Karena walau bagaimana pun kita semua adalah islam keturunan bahkan ada sebuah kalimat sindiran yang sudah menjadi umum yaitu islam KTP (Keturunan Tanpa Pengetahuan). Maka sedetikpun array tidak pernah berkedip saat melihat fakta-fakta yang di uraikan dalam setiap kalimat dalam buku tersebut. Dalam kebimbangan tersebut array merasa bersyukur karena ia mendapat topik bahasan yang amat menggairahkan untuk karya tulis religinya itu yaitu ''Islam untuk umat akhir zaman dan bukan umat sekarang ''.

Begitu pula rasa ingin tahunya tentang islam bertambah besar, andai di ungkapkan dengan ungkapan yaitu layaknya pohon kering yang mendapat siraman air hujan..layaknya seorang buta yang kembali dapat melihat...layaknya bulan yang bersinar di setiap tanggal 15 bulan hijriyah.

Bahkan lebih sulit di ungkapkan lagi karena ternyata array bertambah lebih bijak,arif,sabar,teliti,dan kepandaiannya bertambah dari sebelumnya. Sulit di ungkapkan karena array bertambah rajin membaca buku-buku kesayangan ayahnya yang tertata rapih di dalam raknya. Hampir setiap harinya ia tidak pernah tertinggal membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar