Selasa, 27 Januari 2009

Islam untuk umat akhir zaman bukan umat sekarang (novel religi bag. 3 )

Malam sudah menyelimuti setiap pelupuk mata, bulan sepertinya manja dengan sedikit bersembunyi di balik awan. Bintang juga tak ingin terlambat hadir untuk dipuji, dengan kerlap-kerlipnya yang silih berganti, menambah malam ini begitu berarti.

Desiran angin membawa suara-suara indah dari speaker sebuah musholah, teduh dan bersemangat sekali suara itu sampai ke telinga pendengarnya. Semakin di perhatikan maka semakin kita terharu, mungkin kedua mata ini tak dapat menahan lagi permatanya. Anak-anak kecil itu seperti datang dari surga firdaus, bacaannya merupakan kalam yang benar dari sang pencipta dan sebagai pedoman bagi seluruh manusia.

Waktu magrib baru saja berlalu, para jamaah sudah terlihat melangkah pulang,berganti dengan anak-anak yang belajar mengaji. Suaranya menggema baik di dalam ruangan musholah dan juga relung hati setiap manusia yang mendengarnya.

" pak kiri....'' ucap seorang remaja putri yang berada di dalam sebuah angkutan kota. Pak supirpun secepat kilat menghentikan laju kendaraan angkutan yang di kemudikannya dan berhenti tepat di jl. Ir Sutami. Setelah turun dan membayar ongkosnya ia bergegas berjalan menuju sebuah musholah.

''assalamu 'alaikum......semuanya.'' ucap remaja putri itu sesampainya di musholah.

Wajahnya putih laksana salju di dua kutub bumi. Busana muslimah yang membalut tubuh terlihat anggun dan elegan sehingga Aurat nya benar-benar terpelihara dan terjaga dengan baik. Seorang muslimah yang bersahaja dan mengagumkan bagi setiap mata yang memandang.

"Wa'alaikum salam...kak.''sahut anak-anak serempak meskipun tanpa di komandoi.

Si remaja putri hanya tersenyum melihat antusiasme anak-anak pada dirinya.

Tak berselang lama Ia memasuki musholah dan larut dalam kegiatan didalamnya.

"sst..putri,gak biasanya terlambat, memangnya ada apa ? ''ucap temannya lirih, yang sebelumnya menyenggol dengan sikut tangannya.

"gak ada apa-apa nadia,''sahut putri. ''nad,array gak kelihatan hari ini?'' tambahnya setelah memperhatikan teman-temannya yang tengah mengajarkan anak-anak mengaji.

'' waduh yang kangen... Baru dateng udah nanyain yayang.''celoteh nadia. Nadia merupakan sahabat dekat putri, dan sudah sejak lama nadia tahu kalau sahabatnya itu memendam rasa terhadap array.

"ssstt..." sela putri dengan menujukkan jari telunjuknya di depan bibirnya. Pipinya yang putih terlihat sedikit berubah kemerahan. "nad,jangan kenceng-kenceng dong,entar ada yang denger lagi.'' tambah putri karena takut teman-teman yang lain pada tahu kalo dia cinta mati sama array.

"sorry put...gak sengaja, soalnya kamu lucu, dah tahu cinta mati Ekh... pake malu lagi buat ngungkapinnya.'' ucap nadia yang memang memiliki jam terbang tinggi masalah cowok dan percintaan.

''iya deh yang dah jago masalah cinta.''ucap putri melihat sahabatnya yang terus mengejek.

"Yach...gitu aja ngambek,sorry dah put..''ucap nadia yang melihat raut wajah putri sedikit berubah masam.

"kak nadia yang ini bacaannya bagaimana ?''ucap seorang anak kecil yang di mentori oleh nadia.

Akhirnya putri dan nadia merasa malu karena mereka menelantarkan anak didiknya. Mereka berdua memang kembali pada tugas,tapi putri tidak dapat berkonsentrasi karena dalam kepalanya masih terus mengelola ucapan nadia.

''Sampai kapankah perasaan yang kian bersemi dan semakin hari makin membuat dada ini terasa sesak dapat ku sembunyikan. Mengapa kedua bibir ini tak mampu mengutarakan isi hati yang menyiksa setiap detiknya. Bahkan detak jantung seperti hendak meledak saat melihat dan bertatapan dengannya. Mungkinkah nama lain cinta adalah kebisuan, atau cinta adalah ketidakberdayaan.''

''Entahlah yang jelas cinta dalam setiap bentuk dan wujudnya merupakan misteri yang indah untuk di lalui, walau terdapat liku-liku untuk menapaki jalannya.''

"putri...put...''ucap nadia yang melihat sahabatnya melamun, sampai-sampai anak muridnya yang bertanya di cuekin.

"Oo...o.....iyah, Nadia'' ucap putri kaget karena teguran nadia.

Sabtu, 24 Januari 2009

Islam untuk umat akhir zaman bukan umat sekarang(novel religi bag.2).

Matahari nampak mulai lelah, setelah seharian membantu menerangi manusia dalam mencari rizki-Nya yang ditaburkan dimuka bumi ini. Ia mulai menapaki jalan menuju peraduan sehingga terlihat mega merah di ufuk barat. Langit yang sejak siang cerah kini berubah kelabu dengan warna jingga meyelimuti kapas-kapas raksasa yang tergantung pada cakrawala. Burung-burung terlihat mulai kembali ke sarang dengan rasa syukur atas nikmat yang telah di anugerahkan.

Aku yang semenjak siang sibuk mencari data-data untuk karya tulis merasa terhibur dengan keanggunan alam sore ini. Lelah yang menggelayuti seluruh tubuh berangsur-angsur pulih walau tak terobati seluruhnya. Maka tidak mengherankan jika banyak para seniman baik penulis dalam bentuk fiksi maupun syair puisi, fotografer, pelukis, dan pencipta lagu banyak yang mengabadikan moment-moment seperti ini.

''Maha besar Allah atas segala kebesaran-NYA" ucapku sambil berlalu.

Dengan segala sisa-sisa tenaga yang ada pada tubuh ini, aku kembali melangkahkan kaki, menelusuri jalan-jalan yang mulai di hiasi lampu jalanan di setiap sisi-sisinya, temaram senja kini bergumul dengan kedua retina mata yang juga sudah lelah, sehingga jarak pandanganku berkurang dan semakin terbatas.

Jalan Ir.sutami, aku dapati tulisan itu tetap berdiri tegak dengan besi sebagai penyangga, walaupun catnya sudah mulai mengelupas dan sedikit memudar. Entah siapakah sang insinyur itu, yang jelas diri ini semakin bersemangat dalam melangkahkan kaki, sebab rumahku sudah terlihat walau dari kejauhan.

Senang rasa hati ini melihat pekarangan rumah yang mungil tapi bagai gerbang surga yang elok, setiap sisinya ditumbuhi bunga-bunga dengan warna-warni yang beragam. Tangan lembut ibu memang terampil, hampir setiap hari ia merawatnya. Bahkan terkadang diri ini merasa iri atas perhatian ibu yang sedemikian rupa itu.

"assalamu 'alaikum, bu..." ucapku sambil membuka pintu rumah. Tak berselang lama segera aku menjatuhkan diri diatas kursi kayu peninggalan kakek. Konon menurut cerita ibu, kakek sendiri yang membuat kursi ini. Maklum kehidupan kami sangat sederhana jadi tak ada sofa mewah yang nyaman dan empuk, walaupun demikian kursi ini asli dari kayu jati sehingga kekuatannya melebihi si pembuatnya.

"bu...ibu...kok salamnya gak di jawab sich..?''tanyaku heran karena gak biasanya ibu diam dan tidak menjawab salam. Tubuh ini berusaha bangkit dari tempat duduk walaupun rasa lelah belum juga hilang. Lalu ku telusuri setiap sudut ruangan dalam rumah yang sebenarnya tidak lah luas. '' dikamar, ibu gak ada, di dapur ibu gak ada, di kamar mandi ibu juga gak ada, kemana yach ibu kok jam segini gak ada di rumah ?''ucapku bingung sambil terus memperhatikan setiap arah takut ada yang terlewati. Sepertinya ibu memang tidak ada dirumah tambahku dalam hati. Penasaran dan bingung berbaur menjadi satu, '' lebih baik keluar rumah untuk menanyakan ibu di rumah tetangga mungkin ada yang tahu, syukur-syukur kalo ibu ada '', tambah ku sambil lalu.

''assalamu 'alaikum.... ''sebelumnya kedua tanganku sudah meraih daun pintu dan mengetuk rumah tetangga yang berada bersebelahan dengan rumah ku .

"wa'alaikum salam, siapa yach..?"Sahut tuan rumah dari balik pintu.
Sedetik kemudian suara kaki terdengar melangkah menuju kearah pintu dan semakin mendekat, lalu pintu pun mulai terbuka. Terlihat wanita paruh baya yang hampir seumur dengan ibu.

Bu Endang namanya, ia tetangga yang sangat bersahaja dan sederhana. Terkadang sering datang kerumah untuk sekedar mengobrol tentang kegemarannya. Bu Endang memiliki kegemaran yang sama dengan ibu, yaitu senang dengan bunga-bunga dan tumbuhan. Alhasil pekarangannya sama dengan rumahku. Bunga dan bermacam-macam tumbuhan menghiasi setiap sudut pekarangannya.

"Ekh..Nak Array ada apa,sudah lama gak pernah main ke sini ?.'' tanya bu Endang dengan senyum yang hangat dan tak terlihat tergangu akan kedatangan ku.

Ekh...iya Sampai lupa sudah jauh begini saya belum kasih tahu pemilik tubuh kecil yang dibilang cengcorang ini. Sekitar pertengahan bulan juli, tepatnya tanggal 24 tujuh belas tahun yang silam, lebih kurang pukul 9 malam, di sebuah rumah bersalin bidan Eti nur namanya, lahirlah seorang anak laki-laki dan merupakan anak pertama dari pasangan suami-istri yaitu Bpk Arif suparman dan Ibu Annisa rahayu. Yang kemudian di beri nama Array . Yang merupakan perpaduan dari ARif dan RAhaYu (diambil huruf yang besarnya saja). Dalam bahasa inggris berarti perhiasan. Mungkin sebagai tanda perhiasan cinta antara ayah dan ibunya. Dah yah informasinya sekian dulu, soalnya kasihan si Array yang lagi sibuk nyari ibunya. Bantuin akh......

''iyah bu jarang main karena sibuk persiapan ujian, maaf saya mau nanya soal ibu. Mungkin bu Endang tahu ?''ucapku merasa malu dan bingung karena memang aku sudah jarang main.

"Iya sih tadi sore ibunya nak Array kelihatan pergi, dan sepertinya tergesa-gesa sekali, cuma ibu gak sempat nanya ,jadi ibu gak tau. Memangnya sampai sekarang belum pulang ?''.

'' iya bu, sampai sekarang belum pulang. Klo begitu saya permisi pulang, mari bu.. ''. Tak tahu apa yang harus ku lakukan lagi, perasaan bingung kini berubah menjadi khawatir dan tidak bisa ku sembunyikan dari wajah ini. Mungkin bu Endang tahu apa yang ada dalam otak ku, karena tak berselang lama bu Endang berkata '' mudah-mudahan... gak terjadi apa-apa sama bu Rahayu ''.

Kamis, 22 Januari 2009

Islam untuk umat akhir zaman bukan umat sekarang(novel religi)

Untaian bercak tinta ini, Irfanku kehadirat-Mu yang
"Maha Pemurah lagi Maha Penyayang"(Qs.Alfatihah:3). Sebagian yang lain memuja-Mu dengan mengagungkan nama indah-Mu, sebagian yang lain bersahabat dengan maut dalam mencintai-Mu. Tapi banyak pula yang meninggalkan-Mu demi kebohongan dan kepalsuan yang nyata,"Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian"(Qs.Al asri:2), dan aku berlindung kepada-Mu atas hal yang demikian itu. Sesungguhnya tidak sedikit pun kekuasaan-Mu akan berkurang atas semua perlakuan itu.

Sastra ini milik-Mu, keindahannya kepunyaan-Mu, huruf yang terangkai semua atas kuasa-Mu, "Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya"(Qs.Al alaq:5). Tiada hak ku atas semua milik-Mu. Setiap langkah dalam hitungan detik terdapat neraca pertanggung- jawaban. "Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi"(Qs.Al fajri:14), "Dan segala sesuatu telah kami catat dalam suatu kitab"(Qs.Annabai:29), maka teguhkan hati ini untuk melangkah pasti dengan ridho-Mu, bersama kekasih-kekasih Mu "(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat"(Qs.alfatihah:7).

Tuanku aku adalah hamba-Mu, tak ada keberanianku untuk taat selain kepada-Mu,ijinkan aku ucapkan salam penghormatan kepada kekasih-Mu, Muhammad SAW beserta keluarganya yang telah Engkau sucikan,"sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya"(Qs.Al Ahzab:33). "sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berucap salawat pada nabi, wahai orang-orang yang beriman bersalawatlah kalian pada nabi dan ucapkan salam sejahtera padanya" (Qs.al ahzab:56). Ya Allah salawat sejahtera-Mu untuk nabi Muhammad, keturunan beserta keluarganya.

"permisi...anak muda" aku sedikit tersentak, kemudian berusaha mencari asal suara tersebut, seperti dari arah belakang ucapku dalam hati. Ternyata memang benar seorang kakek tua berbaju batik yang mulai pudar warnanya terlihat hendak maju menuju baris terdepan dalam shap sholat, aku pun sedikit menyingkir untuk memberinya jalan. Siang ini terasa terik, udara dalam ruangan terasa naik setiap detiknya berbanding lurus dengan para jama'ah yang mulai berdatangan memenuhi masjid. Kipas angin berputar dengan cepat berkejaran dengan peluh para jama'ah yang terlihat mulai membasahi. Tidak sedikit pula yang terlihat mulai mengibaskan tangannya ke kiri dan ke kanan, suara gaduh masih menggema di dalam ruangan yang sedikit mulai membosankan karena ruangan yang seharusnya untuk bertaqorub berubah manjadi pasar tradisional, sinar matahari terlihat mulai memasuki area belakang masjid, seperti hendak mengingatkan jama'ah yang ada di belakang untuk mengisi shap yang di depan karena memang terlihat masih lengang, perlahan tapi pasti banyak jama'ah yang mulai memilih untuk maju kedepan. Sholat jumat belum juga dimulai karena waktu baru menunjukkan pukul 12.30 yach mungkin sebentar lagi...aduh panas..!!??

Aku kembali merenungi karya tulis religi ku yang mentok, sudah habis waktu sebulan tapi pendahuluan saja belum bisa aku selesaikan. Ehk..tiba-tiba kakek tadi mengagetkan aku, mungkin Allah mengingatkan bahwa bukan di masjid waktunya memikirkan karya tulis sebaiknya untuk riyadhoh. Terlebih lagi kehidupan yang tengah aku jalani menguras banyak pikiranku sehingga kalimat, kata, dan huruf seperti lari dan sulit dirangkaikan untuk karya tulisku.

Seperti umumnya para remaja aku masih labil dalam memandang kehidupan. Banyak realitas kehidupan yang sepertinya belum siap aku hadapi. Masa pencarian ini begitu melelahkan sampai aku tak mampu mengurus penampilan dan diri ini. Orang lain yang melihat badanku pasti akan segera ingat binatang sejenis serangga berwarna hijau yang terkenal dengan tingkahnya yang tak pernah bosan menunjuk dengan tangannya. Ayo tebak...eettt...kok jadi main teka-teki sich..? Cengcorang namanya, kecil badannya, tengil lagunya, hijau warnanya, daun makanannya, dan banyak nya..nya...lainnya...

Memang sedikit agak menyebalkan sich kalo ada yang mengatakan seperti cengcorang, karena bagaimanapun kata "cowok macho" adalah idaman setiap kaum adam di muka bumi ini tidak terkecuali aku."maka nikmat tuhan mu yang manakah yang engkau dustai"(Qs.Arrahman). Astagfirullah dalam benakku teringat itu begitu saja, mungkin karena aku sedang membuat karya tulis tentang keagamaan kali yach yang mengharuskan selalu merujuk pada ayat-ayat alquran. Anehnya aku menemui ayat tersebut terus diulang dalam surat Arrahman. Akhh berat mikirin yang gituan... Toh ulama-ulama dan para ustad yang harus memikirkannya, soalnya ada pepatah lama mengatakan "serahkan sesuatu hal pada ahlinya''.

"Allahu akbar...Allahu akbar....'' ''akhirnya adzan juga'' ucapku sambil mulai menggerutu, karena suasana di masjid sudah begitu panas, bahkan keringatku sudah ada yang jatuh tanpa sepengetahuan ku. Suara pasar tradisionalpun sekejap saja menghilang tak berbekas persis syair yang indah ini ''datang tak diundang pulang tak diantar hih...hi..hihhi..'' indahkan syairnya..

Suasana khidmat mulai menaungi kami, secara berangsur-angsur ruangan yang tadinya panas mulai terasa teduh, angin mulai menembus pori-pori kulit dikit demi sedikit, jama'ah yang sejak tadi sibuk berkipas dengan tangan mulai tidak terlihat, aneh memang tapi itulah kebesaran sang Maha Pencipta.Tentu saja bagi mereka yang mau berfikir.
"aku hadapkan wajah ini, untuk-Mu aku ruku' dan sujud".

Kamis, 08 Januari 2009

Mitos atau agama yang lebih dulu ada ?...

Ada pertanyaan yang sering dijadikan suatu pembodohan baik yang bertanya maupun yang menjawab. Manakah yang lebih dulu ada telor ayam atau ayamnya ?... Tapi kali ini saya ingin menguji sebuah pertanyaan yang sama yaitu manakah yang lebih dulu ada mitos atau agama?... Pertanyaan ini merupakan lanjutan dari pembahasan mitos sebagai penggerak logika. Saat itu saya menulis bahwa istilah agama muncul karena adanya mitos dengan contoh banyaknya dewa-dewa. Hal ini saya ungkapkan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran atas sesuatu yang amat sensitif. Pada awal penulisan mitos sebagai penggerak logika saya pernah mengungkapkan bahwa istilah mitos sebenarnya hadir di zaman kita tidak pada zaman dahulu. Maka dengan ini sudah pasti ditemukan jawaban yang sebenarnya. Tapi kali ini saya berusaha mengupas lebih dalam lagi kebenaran yang ada. Saya mulai dari manusia yang menghuni bumi pertama kali bisa di bilang adalah nenek moyang kita semua yaitu adam dan istrinya hawa. Dalam hal ini saya tidak mengakui teori yang mengatakan bahwa nenek moyang kita adalah kera,atau anda mau kalau anda disebut kera. Tentu tidakkan ?... Maafkan saya terlalu berlebihan,tapi andai boleh terus terang alasan saya tidak mengakui teori tersebut karena saya tidak mau disebut kera. Sudah yach nanti bahasan kita menjadi meluas dan menjauhi tujuan awal. Mari kita berhayal sedikit pada masa pertama hadirnya adam dan hawa di dunia ini. Seperti halnya kita, ketika tiba di suatu tempat yang baru tapi tempat itu berbeda dari asal kita maka kebingunganlah yang hinggap dalam diri kita. Agar lebih mudah saya ambil contoh yaitu seorang kaya raya yang terbiasa hidup dalam kemewahan dan kecukupan dengan puluhan pelayan yang siap sedia melayaninya tanpa mengeluh,suatu saat harus menjalani hukuman dalam penjara yang amat kejam dimana tidak ada seorang pun yang dapat membantu apalagi pelayan. Dalam kebingungan dan kesedihan yang amat sangat itulah adam dan hawa kembali berusaha mencari jalan ke luar untuk dapat kembali ketempat asal yang keindahannya tiada tertandingi. Maka adam dan hawa menjadi dua manusia yang terus menerus memohon akan ampunan atas dosa yang telah diperbuat sehingga harus menjalani penjara kehidupan didunia ini. Singkat cerita Seperti halnya sepasang manusia maka adam dan hawa mempunyai putra dan putri. Dalam membesarkan belahan hati mereka, Adam dan hawa terus memberitahukan kepada putra-putrinya akan tempat asal mereka dan memberitahukan janganlah kamu berbuat dosa karena ada sosok suci dan berkuasa yang terus memperhatikan setiap perbuatan yang mereka lakukan. Andai kalian melanggar maka hati-hati lah karena kalian tidak akan pernah kembali ke pada tempat asal kalian tapi kalian akan kembali mendapat hukuman yang abadi. Ucapan itu terus berulang sampai ajal menjemput mereka berdua. Jadi secara tidak langsung unsur agama sudah ada pada saat adam dan hawa memberitahukan kepada putra-putrinya agar melakukan perintah dan menjauhi laranganNYA. Setelah adam dan hawa tiada adalah awal timbulnya mitos,kenapa ?..... Menurut logika saya dan berdasar data sejarah bahwa yang mengetahui akan asal usul manusia hanyalah adam dan hawa,sehingga wajar lambat laun manusia menilainya sebagai cerita atau dongeng semata. Terlebih lagi manusia sudah sangat berjuang dengan keras untuk dapat menyesuaikan diri dengan dunia ini. Setelah keberhasilan menyesuaikan dan mengetahui keuntungan dari dunia ini,manusia merasa bahwa ini tempat asal dan kehidupan kita. Mereka sudah sangat melupakan pesan nenek moyang mereka. Jadi itulah jawaban yang bisa saya berikan, semoga kita sadar akan asal kita, dimana nenek moyang kita menanti dengan tidak sabar perjumpaan dengan kita cucu-cucu mereka. Tanggapan,kritik dan saran saya nantikan guna perbaikan. Terima kasih,wassalam.