Minggu, 08 Februari 2009

Islam untuk umat akhir zaman bukan umat sekarang.(novel religi bag.4)

" put,tampaknya kamu lagi banyak masalah ? '' ucap nadia karena melihat putri yang sedang melamun.

"eng...gak kok nad,gak... ada apa-apa." jawab putri berusaha menyembunyikan lamunannya. Putri kembali memfokuskan diri pada murid-murid yang terlihat terbengkalai, nadia masih menunggu kejujuran putri. Lama sekali nadia memperhatikan putri yang mulai menyibukkan diri. Nadia merasa sahabatnya sedang menyembunyikan sesuatu terhadap dirinya.

''Allah takkan menguji manusia melebihi kemampuannya, apa yang sedang di hadapi putri mudah-mudahan ia mampu mengatasinya'' ucap nadia dalam hati. Akhirnya nadia mulai melepaskan pandangannya terhadap putri yang terlihat mulai sibuk.

Jarum jam terus berputar detik demi detik. Hampir tak ada yang memperhatikan atau waktu memang mulai tidak terasa karena begitu cepatnya. Aktifitas anak-anak di musholah sama ramainya dengan salah satu kantor kepolisian di pusat kota. Walau malam sudah menjelma ternyata masih ada saja aktifitasnya.

"lapor komandan"ucap seorang petugas polisi kepada atasannya.

Terlihat salah seorang pelaku kejahatan yang baru tertangkap di kawal oleh dua anggota polisi, entah apa yang sudah dilakukan olehnya. Wajahnya hampir tak dapat di kenali karena darah yang membasahi hampir di seluruh tubuhnya.

Aneh memang, di mana penegakkan keadilan memiliki semboyan yang di agungkan yaitu asas praduga tidak bersalah. Tapi masih banyak terlihat hak-hak pelaku kejahatan yang terampas karena perlakuan hukuman sebelum terlaksananya sebuah proses peradilan.

Entah, karena kita belum mengerti arti dari asas praduga tidak bersalah, yang memang sosialisasi dan aplikasinya oleh aparat penegak hukum terkadang kurang dan bahkan banyak di salah gunakan.

Begitulah hukum di bumi pertiwi ku, kekaguman akan cita-cita mulia dari Hak Asasi Manusia yang dipamerkan oleh modernisasi kaum barat ternyata masih merupakan cita-cita semata. Atau kita memang tidak sadar bahwa yang mempelopori HAM dari kaum barat yang mengaku sebagai kaum modernis merupakan ide kaum kapitalis jadi yang berlaku yach hanya untuk kaum kapitalis saja, sedangkan untuk kaum minoritas HAM dan Asas praduga tidak bersalah merupakan sebuah omong kosong belaka.

Jadi ketika kita melihat seorang pencuri,pencopet,penjambret tertangkap babak belur merupakan hal yang biasa dan ketika kita melihat pejabat,aparat penegak keadilan dan kaum kapitalis korup dan melakukan tindak kejahatan mereka diperlakukan dengan baik kita pun menganggap sebagai suatu hal yang biasa pula.

Sementara di sudut ruangan yang lain, yaitu bagian keamanan dan ketertiban masyarakat. Nampak seorang ibu yang tak henti-hentinya menyeka pipinya dengan sapu tangan, karena air mata yang deras mengalir. Rasa putus asa terlihat jelas diantara raut wajahnya yang sedikit mulai terlihat lelah. Entah apa yang membuatnya begitu bersedih dan mengapa ia sampai berada disebuah kantor polisi.

Seorang pria duduk berhadap-hadapan dengan ibu itu. Dari cara menenangkan si ibu, bapak itu terlihat sangat bijak. Walau nampak jelas kedua tangannya terbelenggu oleh borgol polisi. Tidak terlihat sedikit pun kegusaran dari raut wajah si bapak. Seorang petugas polisi menghampiri ibu dan bapak tersebut.

"pak polisi, memangnya suami saya salah apa pak? " ucap si ibu sambil terus membersihkan air mata yang mengalir. " suami saya orang baik-baik pak, bahkan hampir dua puluh tahun saya menikah dan berumah-tangga tidak pernah diperlakukan kasar olehnya. Kini tiba-tiba ia ada disini di tempat dimana saya tidak pernah ingin bahkan bermimpi sekalipun untuk masuk ke kantor polisi '' tambah ibu yang masih tidak percaya kalau suaminya bisa berurusan dengan polisi.

"bu, suami ibu telah menghasut dan memprovokasi masyarakat untuk menjatuhkan seorang wali kota,sehingga terjadi pengerusakan rumah wali kota oleh massa."jawab polisi. "sebaiknya ibu sekarang pulang karena bapak akan saya bawa menuju ruang tahanan."tambahnya.

"pak...pak polisi pasti salah orang. Suami saya tidak akan melakukan hal itu."ucap ibu sambil memegangi tangan suaminya yang mulai di bawa keruang tahanan. Air mata si ibu kini kembali deras mengalir. Ia seperti tidak tahan melihat suaminya berdiri di balik jeruji besi.

"sudah bu pulang...bapak gak apa-apa kok disini. Jaga aja anak-anak di rumah. "ucap si bapak kepada ibu. Kini wajah bersalah bapak sedikit terlihat karena menyaksikan air mata ibu yang terus mengalir. "sebelumnya saya tak pernah melihat air mata ibu, dalam kondisi ekonomi susah bagaimanapun ibu tetaq memberikan senyum manisnya. Ibu adalah wanita yang tegar."tambah bapak dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar